PROPOSAL
SKRIPSI
IMPLEMENTASI
LAYANAN KONSELING INDIVIDU DENGAN PENDEKATAN REALITA UNTUK MENGATASI RENDAHNYA
MINAT BELAJAR SISWA KELAS XI SMA N 1 LENDAH TAHUN PELAJARAN 2014/2015
DosenPengampu: Dra. Wahyu Murti Utami,
M.Pd.
Disusun OLEH :
Nama : Elisabhet Retno Iryani
NIM : 12012016
Jurusan : PPB
Semester : VI
INSTITUT
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PERSATUAN GURU
REPUBLIK INDONESIA
YOGYAKARTA
TAHUN AJARAN
2015 / 2016
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kami penjatkan kehadirat Allah SWT,
yang atas rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan proposal skripsi yang
berjudul “Implementasi Layanan Konseling Individu dengan Pendekatan
Realita untuk Mengatasi Rendahnya Minat Belajar Siswa Kelas XI SMA N 1 Lendah
Tahun Pelajaran 2014/2015”. Penulisan proposal skripsi nini merupakan salah satu tugas yang diberikan
dalam mata kuliah Penelitian Pendidikan dan Bimbingan.
Dalam penulisan proposal skripsi ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan proposal skripsi ini, khususnya kepada dosen kami yang telah
memberikan tugas dan petunjuk kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
tugas ini.
Dalam penulisan proposal skripsi ini kami merasa masih banyak kekurangan baik
pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki.
Untuk itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi
penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Wates,
20 Juni 2015
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN
JUDUL............................................................................................... i
KATA
PENGANTAR ........................................................................................... ii
DAFTAR
ISI.......................................................................................................... iii
BAB
I. PENDAHULUAN..................................................................................... 1
A. Latar
Belakang Masalah............................................................................ 1
B. Identifikasi
Masalah................................................................................
4
C. Pembatasan
Masalah.................................................................................. 5
D. Rumusan
Masalah................................................................................... .. 5
E. Tujuan
Penelitian ...................................................................................... 5
F. Manfaat
Penelitian .................................................................................... 5
BAB
II. KAJIAN TEORI DAN PERTANYAAN
PENELITIAN....................... 7
A. Kajian
tentang Implementasi Layanan
Konseling Individu ..................... 7
B. Kajian tentang Pendekatan Terapi Realitas............................................. 19
C. Kajian tentang Minat Belajar .................................................................. 24
D. Kerangka Berfikir ................................................................................... 30
E. Pertanyaan Penelitian .............................................................................. 31
BAB
III. METODE PENELITIAN..................................................................... 32
A. Tempat
dan Waktu Penelitian.................................................................
32
B. Subyek dan Obyek Penelitian ................................................................ 32
C. Pendekatan dan Jenis Penelitian.............................................................. 32
D. Metode Pengumpulan Data .................................................................... 34
E. Keabsahan Data ...................................................................................... 51
F. Teknik Analisis Data .............................................................................. 52
DAFTAR
PUSTAKA .......................................................................................... 55
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan kebutuhan setiap
individu atau manusia. Pendidikan memegang peranan penting dalam proses
pembangunan dan pengembangan sumber daya manusia (SDM) karena pendidikan
merupakan proses budaya untuk meningkatkan hakikat dan martabat manusia yaitu
dengan adanya usaha yang mengarah dan mengatur secara terpadu. Suatu negara
dapat mencetak manusia professional dalam menangani suatu bidang tertentu
secara efektif dan efisien dalam rangka untuk mencapai tujuan pendidikan
nasional, oleh karena itu semua tidak lepas dengan adanya kemajuan, kemampuan
serta pendidikan.
|
Untuk mendukung
kondisi pendidikan di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Lendah yang semakin maju
dan untuk mendapatkan individu yang rajin, disiplin dan bertanggung jawab, maka
diperlukan minat belajar yang tinggi. Menurut Slameto (2010 : 182) minat
belajar merupakan suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal
dan aktifitas tanpa ada yang menyuruh. Sedangkan minat dalam belajar diartikan
sebagai aktifitas belajar yang berlangsung karena didorong oleh kemauan
sendiri, pilihan sendiri, tanggung jawab sendiri dari belajar.
Faktor yang mempengaruhi minat belajar
salah satunya adalah peran guru. Guru harus bisa menjadi motivator,
fasilitator, dan pembimbing siswa dalam belajar, selain itu seorang guru harus
bisa menciptakan interaksi belajar dan mengajar antara guru dengan siswa, siswa
dengan temannya dan siswa dengan belajar media yang ada. Maka dari itu
seharusnya sekolah memberikan waktu khusus untuk guru BK agar optimal dalam
membimbing minat belajar siswa.
Pembelajaran yang kurang optimal dan minat
belajar siswa yang rendah tidak lain disebabkan karena keadaan guru yang tidak
mampu membimbing siswa dalam belajar, serta tidak mampu menjadi motivator
ataupun fasilitator.
Berdasarkan pengamatan peneliti minat
belajar siswa SMA N 1 Lendah masih rendah, terbukti dari adanya siswa yang
belum menyiapkan alat-alat pelajaran, adanya siswa yang masih mencontek, masih
adanya siswa yang belum bisa memecahkan masalah pelajaran sendiri, selalu minta
bantuan pada orang lain, dan tidak bertanggung jawab.
Untuk mengatasi rendahnya minat belajar
yang terjadi di SMA N 1 Lendah, salah satunya dengan cara melaksanakan
konseling terapi realita. Menurut Sayekti Pujosuwarno (1993 : 57) terapi
realita (Reality therapy) merupakan suatu bentuk pertolongan yang
praktis, relatif sederhana, dan bentuk bantuan langsung pada klien. Hal ini didasarkan pada konsep terapi realita
dimana seorang klien ditolong agar dia mampu menghadapi masa depannya yang
penuh optimis.
Adapun tujuan terapi realitas menurut
Sayekti Pujosuwarno (1993 : 60) adalah menolong siswa agar mampu mengurus
dirinya sendiri, mendorong siswa agar mampu bertanggung jawab, mengembangkan
rencana-rencana yang nyata dalam mencapai tujuan. Terapi ditekankan pada disiplin
dan tanggung jawab atas kesadaran sendiri.
Teknik-teknik dalam terapi konseling yang
dilakukan oleh guru dalam mengatasi rendahnya minat belajar dalah menggunakan
role playing dengan klien atau siswa, menggunakan humor yang mendorong suasana
yang segar dan rileks, tidak menjajikan maaf apapun pada klien, menolong siswa
untuk merumuskan pembelajaran, membuat model-model peranan terapis sebagai guru
yang lebih bersifat mendidik, menggunakan terapi kejutan, verbal atau ejekan,
ikut terlibat dalam merencakan model belajar siswa.
Penerapan terapi realita dalam mengatasi
rendahnya minat belajar yang terjadi di SMA N 1 Lendah adalah guru
mengembangkan dan membina kesehatan mental dan kepribadian pada siswa. Dengan
membina kesehatan mental dan kepribadian siswa diharapkan para siswa akan
memiliki kesadaran tentang manfaat dan pentingnya minat belajar demi
tercapainya prestasi belajar yang maksimal.
Berdasarkan pengamatan di SMA N 1 Lendah
ternyata masih ada siswa yang mengalami rendahnya minat belajar, ini terbukti
dengan adanya siswa yang selalu meminta bantuan dalam mengerjakan tugas, kurang
percaya diri, tidak bertanggung jawab, tidak menggunakan rasional dalam
memberikan penilaian, mengambil keputusan dan dalam memecahkan masalah, serta
tidak pernah mempunyai gagasan baru. Hal tersebut karena program BK belum dapat
dilaksanakan secara efektif, pihak sekolah tidak memberikan waktu khusus untuk
bimbingan konseling, guru tidak berfungsi optimal sebagai motivator dan
pembimbing bagi siswanya, guru tidak mampu mencitakan organisasi bahan
pelajaran dan desain kegiatan pembelajaran.
Dengan melihat fenomena diatas, peneliti
tertarik untuk meneliti Implementasi Layanan Konseling Individu dengan
Pendekatan Terapi Realita untuk Mengatasi Rendahnya Minat Belajar Siswa Kelas
XI di SMA N 1 Lendah Tahun Ajaran 2014/2015.
B. Identifikasi
Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas,
maka peneliti mengidentifikasi permasalahan di Sekolah Menengah Atas Negeri 1
Lendah sebagai berikut :
1. Program BK yang belum dapat dilaksanakan
efektf.
2. Pihak sekolah belum memberikan waktu khusus
untuk bimbingan konseling.
3. Guru kurang berfungsi optimal sebagai
pembimbing bagi siswanya.
4. Sebagian besar siswa belum mempunyai rasa
tanggung jawab.
5. Masih adanya siswa yang kurang percaya diri
saat belajar.
6. Sebagian siswa kurang mampu menggunakan
rasional dalam mengambil keputusan dan memecahkan masalah.
7. Sebagian besar siswa belum mempunyai
gagasan baru.
C. Pembatasan Masalah
Mengingat berbagai keterbatasan waktu,
tenaga dan biaya yang ada pada peneliti maka pembahasan penelitian ini terfokus
pada “Implementasi Layanan Konseling Individu dengan Pendekatan Terapi Realita
untuk Mengatasi Rendahnya Minat Belajar Siswa
Kelas XI SMA N 1 Lendah Tahun Ajaran 2014/2015.
D. Rumusan Masalah
Beradasarkan latar belakang masalah,
identifikasi masalah, dan pembatasan masalah, dapat dikemukakan rumusan masalah
sebagai berikut : “ Bagaimanakah implementasi layanan konseling individu dengan
pendekatan terapi realita untuk mengatasi rendahnya minat belajar siswa kelas
XI SMA N 1 Lendah tahun pelajaran 2014/2015 ?”.
E. Tujuan Penelitian
Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian
ini adalah untuk mengetahui implementasi layanan konseling individu dengan
pendekatan terapi realita untuk mengatasi rendahnya minat belajar siswa kelas
XI SMA N 1 Lendah tahun pelajaran 2014/2015.
F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat secara
teoritis maupun praktis :
1. Manfaat secara teoritis
a. Menambah
wawasan teori yang ada sehingga dapat mengembangkan disiplin ilmu bimbingan dan
konseling.
b. Sebagai
acuan dalam melakukan penelitian lebih lanjut, terutama pada penelitian
masalah-masalah yang berhubungan dengan layanan konseling individu dengan
pendekatan terapi realita
dalam mengatasi masalah rendahnya
minat belajar siswa.
2. Manfaat
secara praktis
a. Dapat
dijadikan sebagai pedoman dalam usaha penyusunan program bimbingan dan
konseling.
b. Dapat
mengatasi masalah rendahnya
minat belajar siswa.
c. Menambah
wawasan guru pembimbing dalam pemberian layanan konseling individu dengan
pendekatan terapi realita.
BAB II
KAJIAN TEORI DAN PERNYATAAN PENELITIAN
A. Kajian Tentang Implementasi Layanan
Konseling Individu
1. Pengertian Implementasi
Menurut Daryanto dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia Modern (1994) menyatakan implementasi adalah pelaksanaan atau
penerapan. Implementasi layanan konseling individu melalui pendekatan terapi
realita merujuk kepada dimensi pribadi dan akan membuahkan sebuah penyelesaian
dan pengentasan masalah rendahnya minat belajar siswa.
2. Pengertian Layanan Konseling Individu
Menurut Sofian S. Willis (2010 : 159)
menyebutkan bahwa : “Konseling individu mempunyai makna spesifik dalam arti
pertemuan konselor dengan konseli (klien) secara individual, dimana
terjadi hubungan konseling yang bernuansa rapport, dan konselor berupaya
memberikan bantuan untuk pengembangan pribadi klien serta klien dapat
mengantisipasi masalah-masalah yang dihadapinya”.
Pendapat serupa dikemukakan oleh Ahmad
Sudrajat (2011 : 33) yang menyatakan bahwa :
|
Konseling individu atau juga disebut dengan
konseling perorangan adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui
wawancara konseling oleh konselor kepada konseli yang sedang mengalami suatu
masalah, yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi konseli. Dengan
demikian, sasaran layanan konseling individu adalah subyek yang diduga memiliki
masalah tertentu dan membutuhkan pertolongan konselor untuk mengatasinya.
Dari beberapa pendapat diatas, dapat
disimpulkan bahwa konseling individu adalah layanan bimbingan dan konseling
yang diberikan oleh konselor untuk klien yang dilakukan melalui hubungan khusus
secara pribadi dalam wawancara agar klien dapat mengatasi masalah yang
dihadapinya dan mampu mengembangkan potensinya.
3. Tujuan Layanan Konseling Individu
Layanan konseling individu diperuntukan
untuk klien yang mengalami masalah. Menurut Achmad Juntika Nurichsan (2007 :
11) “konseling individu bertujuan untuk membantu individu mengadakan
interpretasi fakta-fakta, mendalami arti nilai hidup pribadi kini dan
mendatang”.
Akhmad Sudrajat (2011 : 33) tujuan dan
fungsi dari layanan konseling individu adalah teratasinya masalah yang
diberikan oleh konseling, mencakup bidang : bidang pribadi, bidang sosial,
bidang belajar, bidang karir.
Dari beberapa pendapat diatas, dapat
disimpulkan bahwa tujuan layanan konseling individu adalah agar individu
memiliki pemahaman tentang individu dan lingkungan, mampu merumusakan tujuan,
perencanaan atau pengelolaan terhadap perkembangan dirinya, baik aspek
pribadi,sosial, belajar, maupun karir, serta dapat melakukan kegiatan
berdasarkan pemahaman, tujuan, dan rencana yang telah dirumuskannya.
4. Fungsi Layanan Konseling Individu
Menurut Direktorat Jenderal Pendidikan
Tinggi Departemen Pendidikan Nasional (2003 : 15 -16) pelayanan konseling
mengemban sejumlah fungsi yang hendak dipenuhi melalui pelaksanaan kegiatannya
untuk semua klien atau pengguna. Fungsi-fungsi tersebut adalah :
a. Fungsi Pemahaman, yaitu fungsi konseling
yang menghasilkan pemahman tentang sesuatu oleh pihak-pihak tertentu sesuai
dengan kepentingan individu yang mendapat pelayanan, pemahaman itu meliputi
pemahaman tentang diri sendiri, lingkungan dan berbagai informasi yang
diperlukan.
b. Fungsi Pencegahan, yaitu fungsi konseling
yang menghasilkan kondisi bagi tercegahnya atau terhindarnya individu yang
mendapat pelayanan dari berbagai permasalahan yang mungkin timbul, yang akan
dapat mengganggu, menghambat atau menimbulkan kesulitan dan kerugian-kerugian
tertentu dalam kehidupan dan proses perkembangannya.
c. Fungsi Pelayanan, menghasilkan kondisi bagi
terentaskannya atau teratasinya berbagai permasalahan dalam kehidupan dan
perkembangannya yang dialami oleh individu yang mendapat pelayanan.
d. Fungsi Pemeliharaan dan Pengembangan, yaitu
fungsi konseling yang menghasilkan terpelihara dan terkembangkannyaberbagai
potensi kondisi positif individu yang mendapat pelayanan dalam rangka
perkembangan diri/kelompok secara mantap dan berkelanjutan.
e. Fungsi Advokasi, yaitu fungsi konseling
yang menghasilkan kondisi pembelaan terhadap pengingkaran atas hak-hak dan atau
kepentingan penfidikan atau perkembangan yang dialami klien atau pengguna
pelayanan konseling.
Fungsi-fungsi tersebut diwujudkan melalui
terselenggarakannya berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung konseling
untuk mencapai hasil sebagaimana terkandung di dalam masing-masing fungsi itu.
Setiap layanan dan kegiatan pendukung konseling yang dilaksanakan harus secara
langsung mengacu kepada satu atau lebih fungsi-fungsi tersebut di atas agar
hasil-hasil yang hendak dicapainya secara jelas dapat diidentifikasi dan
dievaluasi.
5. Teknik dalam Layanan Konseling Individu
Menurut Sofyan S. Willis (2010 : 160-173)
ada beberapa teknik konseling yang dapat digunakan dalam konseling individu,
yaitu :
a. Perilaku attending
Yaitu perilaku menghampiri klien mencakup
komponen kontak mata, bahasa tubuh, dan bahasa lisan. Perilaku attending
yang baik akan membuahkan beberapa hal yang pasif seperti meningkatkan harga
diri klien, menciptakan suasana aman dan memperoleh ekspresi perasaan klien
dengan bebas.
b. Empati
Empati adalah kemampuan konselor untuk
merasakan apa yang dirasakan oleh klien, merasa dan berfikir bersama klien dan
bukan untuk tentang klien. Empati dilakukan bersama attending, dengan
kata lain, tanpa adanya attending tidak ada empati.
c. Refleksi
Refleksi adalah keterampilan konselor untuk
memantulkan kembali kepada klien tentang perasaan, pikiran dan pengalaman klien
sebagi hasil pengamatan terhadap perilaku verbal dan non verbalnya.
d. Eksplorasi
Eksplorasi adalah teknik menggali perasaan,
pikiran dan pengalaman klien yang menyimpan rahasia batin, menutup diri dan
tidak mampu mengemukakan pendapatnya. Melalui perilaku eksplorasi, akan
memungkinkan klien untuk bebas berbicara tanpa rasa takut, tertekan, dan terancam.
e. Menangkap pesan utama (paraphrasing)
Dalam proses konseling sering kali klien
mengungkapkan ide, perasaan, pengalaman dengan tidak terarah sehingga sulit
dipahami, maka untuk memudahkan klien memahami ide, perasaan, pikiran dan
pengalamannya, konselor perlu menangkap pesan utama dari apa yang disampaikan
oleh klien dan menyampaikannya kepada klien dengan bahasa konselor sendiri.
f. Bertanya untuk membuka pertanyaan (open
quesation)
Pertanyaan terbuka adalah teknik untuk
memancing siswa agar mau berbicara mengungkapkan perasaan, pemikiran, dan
pengalamannya. Pertanyaan yang diajukan sebaiknya tidak menggunakan kata
mengapa atau sebabnya, karena akan menyulitkan klien jika tidak tahu alasan
atau sebabnya.
g. Bertanya tertutup (closed question)
Pada keterampilan bertanya tetutup
pertanyaan yang diajukan konselor kepada klien mengandung jawaban yang singkat
dari klien seperti ya atau tidak, setuju atau tidak setuju dan lain sebaginya.
Tujuan dari pertanyaan ini adalah untuk memperoleh informasi jawaban yang spesifik
benar atau salah.
h. Dorongan minimal (minimal encouragem)
Dorongan minimal adalah suatu dorongan
langsung yang singkat terhadap apa yang telah dikatakan oleh klien, tujuannya
untuk klien terus berbicara.
i. Interpretasi
Interpretasi merupakan upaya konselor untuk
mengulas pemikiran, perasaan, dan pengalaman klien dengan merujuk pada
teori-teori bukan pandangan subyektif konselor. Tujuan dari teknik ini adalah
memberikan rujukan atau pandangan agar klien mengerti dan merubah melalui
rujukan atau pandangan tersebut.
j. Mengarahkan (directing)
Mengarahkan atau directing adalah untuk
mengajak klien berpartisipasi secara penuh didalam proses konseling, perlu
adanya ajakan dan arahan dari konselor.
k. Menyimpulkan sementara (summarizing)
Menyimpulkan sementara adalah teknik untuk
menyimpulkan sementara pembicaraan sehingga arah pembicaraan semakin jelas,
maka setiap keadaan tertentu konselor bersama klien perlu menyimpulkan agar
klien memiliki pemahaman dan kesadaran bahwa keputusan tentang dirinya menjadi
tanggung jawab klien, sedangkan konselor hanya membantu.
l. Memimpin (leading)
Memimpin bisa memiliki dua arti. Pertama,
menunjukkan keadaan dimana konselor mengarahkan pikiran klien kepada penerimaan
perkataan konselor. Agar wawancara konseling tidak menyimpang maka konselor
harus mampu memimpin arah pembicaraan sehingga pembicaraan dalam proses
wawancara konseling dapat tercapai secara efektif dan efisien.
m. Fokus
Suatu teknik untuk membantu klien
memusatkan perhatian pada teknik pembicaraan. Konselor yang efektif harus mampu
membuat fokus melalui perhatian yang terseleksi terhadap pembicaraan dengan
klien (wawancara konseling).
n. Konfrontasi
Merupakan suatu kemampuan konselor
menantang klien untuk melihat adanya inkonsistensi antara perkataan dengan
bahasa badan, ide awal dengan ide berikutnya, senyum dengan kepedihan, dan
sebagainya.
o. Menjernihkan (clarifying)
Menjernihkan adalah teknik yang dilakukan
konselor untuk menjernihkan ucapan-ucapan klien yang kurang jelas atau
samar-samar dan agak meragukan. Tujuan dari teknik ini adalah memancing klien
untuk menyatakan pesannya secara jelas, ungkapan kata-kata yang tegas dengan
alasan-alasan yang logis serta agar klien dapat menjelaskan, mengulang dan
mengilustrasikan perasaannya.
p. Memudahkan (facilitating)
Memudahkan adalah suatu keterampilan
membuka komunikasi agar klien dengan mudah berbicara dengan konselor dan
menyatakan perasaan, pikiran dan pengalaman secara bebas.
q. Diam
Diam bukan berarti tidak ada komunikasi
akan tetapi tetap ada yaitu melalui perilaku non verbal. Yang paling ideal diam
itu paling tinggi 5-10 detik dan selebihnya dapat diganti dengan dorongan
minimal.
r. Mengambil inisiatif
Mengambil inisiatif perlu dilakukan oleh
konselor apabila klien kurang bersemangat untuk berbicara, diam, dan kurang
partisipasif. Disini konselor mengambil inisiatif dengan menggunakan kata-kata
yang dapat membangkitkan semangat klien dan mau berpartisipasi didalam proses
konseling.
s. Memberi nasehat
Nasehat diberikan apabila klien meminta.
Meskipun demikian pemberian nasehat perlu dipertimbangkan karena yang harus
dijaga dalam pemberian nasehat adalah tujuan konseling yaitu minat klien harus
tetap tercapai. Apabila konselor tidak menjaga didalam pemberian nasehat
dikhawatirkan klien akan tergantung pada konselor dalam pemecahan masalah yang dihadapinya,
menjadikan klien tidak mandiri sehingga tujuan konseling tidak akan tercapai.
t. Informasi
Dalam pemberian informasi konselor harus
jujur, maksudnya apabila klien meminta tetapi konselor tidak mengetahui
informasi yang diminta oleh klien maka konselor harus jujur mengatakan tidak
mengetahuinya. Sebaliknya apabila konselor mengetahui sebaiknya diupayakan agar
klien mengusahakannya sendiri. Hal ini dilakukan agar tujuan konseling tetap
tercapai yaitu minat.
u. Merencanakan
Dalam teknik ini konselor harus membantu
klien untuk dapat membuat sesuatu tindakan pemecahan masalah yang dihadapinya.
Rencana yang baik harus merupakan hasil kerjasama antara konselor dengan klien.
v. Menyimpulkan
Pada akhir sesi konseling, bersama-sama
dengan klien konselor membuat suatu kesimpulan. Konselor harus dapat membantu
klien untuk dapat menyimpulkan hasil pembicaraan yang menyangkut keadaan
perasaan klien saat ini terutama menyangkut kecemasan akibat permasalahan yang
dihadapinya, memantapkan rencana klien dan pokok-pokok yang dibicarakan pada
sesi berikutnya.
Dari uraian teknik-teknik konseling di
atas, maka dapat diketahui bahwa seorang konselor hendaknya mampu menguasai
teknik tersebut mulai dari teknik attending sampai dengan teknik menyimpulkan.
Setiap konselor dapat melakukan konseling dengan teknik yang bervariasi, hal
ini terjadi karena setiap konselor memiliki kepribadian yang berbeda seperti
kemampuan, sikap, motivasi, kehadiran, respon lisan dan bahasa lisan.
6. Tahapan Layanan Konseling Individu
Dalam proses layanan konseling individu
akan menempuh tahap-tahap tertentu. Di dalam tahap tersebut konselor juga
menggunakan teknik-teknik tertentu pula. Menurut Sofyan S. Willis (2010 : 172)
proses konseling terdiri atas tiga tahapan yaitu :
a. Tahapan Awal atau tahap pengidentifikasi
masalah
Mengidentifikasi atau menentukan masalah
dalam proses konseling dapat dilakukan dengan identifikasi masalah
(identifikasi kasus-kasus) yang dialami oleh klien terlebih dahulu. Tahap awal
ini terjadi sejak klien bertemu konselor hingga berjalan proses konseling dan
menemukan definisi masalah klien.
Menurut Achmad Juntika Nurihsan (2010 : 25)
yang dilakukan konselor pada tahap ini adalah :
1) Membangun hubungan konseling dengan
melibatkan klien yang menghadapi masalah. Pada tahap ini konselor berusaha
membangun hubungan dengan cara melibatkan klien dan berdikusi dengan klien.
2) Memperjelas dan mendefinisikan masalah.
Apabila hubungan konseling telah berjalan dengan baik dan klien sudah
melibatkan diri, berarti kerja sama konselor dengan klien bisa dilanjutkan
dengan mengangkat isu, kepedulian, dan masalah yang dialami klien.
3) Membuat penjajakan alternatif bantuan untuk
mengatasi masalah. Pada tahap ini konselor berusaha menjajaki kemungkinan
rancangan bantuan yang mungkin dilakukan.
4) Menegosiasikan kontrak. Kontrak konselor
dank lien mengenai waktu, tempat, tugas dan tanggung jawab konselor, tugas dan
tanggung jawab klien, tujuan konseling dan kerjasama lainnya dengan pihak-pihak
yang akan membantu.
Dalam tahap awal konseling ini seorang
konselor diharapkan mampu untuk menemukan masalah dan mendefinisikan masalah
klien. Selain itu konselor juga diharapkan mampu mengembangkan potensi-potensi
yang dimiliki klien untuk mengatasi masalah, tetapi konselor juga harus membuat
rancangan alternatif bantuan untuk membantu mengatasi permasalahan kliennya
dengan mengembangkan potensi yang dimilikinya.
b. Tahap pertengahan atau tahap kerja
Merupakan tahap utama dalam proses
konseling. Dalam tahap ini terdapat beberapa teknik yang harus dilakukan oleh
konselor, antara lain menyimpulkan sementara, memimpin, memfokuskan,
konfrontasi, menjernihkan, memudahkan, mengarahkan, dorongan minimal, diam,
mengambil inisiatif, memberi nasehat, informasi, dan menafsirkan.
Menurut Juntika Nurichsan (2005 : 14)
tujuan tahap pertengahan ini adalah :
1) Menjajahi dan mengeksplorasi masalah serta
kepedulian klien dan lingkungannya dalam mengatasi masalah tersebut.
2) Menjaga agar hubungan konseling tetap
terpelihara.
3) Proses konseling agar berjalan sesuai
kontrak.
4) Kontrak benar-benar dinegosiasikan agar
dapat memperlancar proses konseling.
c. Tahap akhir konseling (action)
Pada tahap ini konselor dharapkan dapat
membantu klien dalam menyusun program untuk melakukan tindakan (action)
guna menghadapi masalah yang dihadapinya. Kemudian klien bersama konselor
membuat suatu kesimpulan yang menyangkut kecemasan akibat masalah yang
dihadapinya, memantapkan rencana klien serta pokok-pokok yang dibicarakan
selanjutnya. Apabila kesimpulan tersebut telah dibuat maka konselor dapat mengakhiri
proses konsel;ing tersebut.
B. Kajian tentang Pendekatan Terapi Realita
1. Pengertian Pendekatan Terapi Realita
Menurut Gerald Corey (2009 : 263) mengatakan bahwa terapi realitas
adalah suatu sistem yang di fokuskan pada tingkah laku sekarang. Sedangkan menurut Akhmad Sudrajad (2008 : 1)
terapi realita lebih menekankan masa kini, maka dalam memberikan alternatif
bantuan tidak usah melacak sejauh mungkin pada masa lalunya sehingga yang
dipentingkan bagaimana klien dapat sukses mencapai dari depannya. Menurut
Willis (2010 :69) terapi realita yaitu bagaimana memodifikasi perilaku melalui
rekayasa lingkungan sehingga terjadi proses belajar untuk perubahan perilaku.
Berdasarkan uaraian diatas dapat
disimpulkan bahwa, terapi realita adalah konseling yang melakukan masa kini dan
masa yang akan datang melalui proses belajar untuk pencapaian perubahan
perilaku yang baik sehingga mampu mencapai tujuan masa mendatang.
2. Tujuan Terapi Realita
Menurut Singgih D. Gunarsa yang dikutip
oleh Akhmad Sudrajat (2011 : 28) tujuan terapi realita adalah memberikan
kemungkinan dan kesempatan kepada klien untuk bisa mengembangkan
kekuatan-kekuatan psikis yang dimilikinya untuk menilai perilakuknya sekarang
dan apabila perilakunya tidak dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhannya, maka perlu
memperoleh perilaku baru yang lebih efektif.
Sedangkan menurut William Glasser yang
dikutip oleh Akhmad Sudrajat (2011 : 14) tujuan terapi realita antara lain :
a. Menolong individu agar mampu mengurus
dirinya sendiri, supaya dapat menetukan dan melaksanakan perilaku dalam bentuk
nyata.
b. Mendorong konseli agar berani bertanggung
jawab serta memikul segala resiko yang ada, sesuai dengan kemampuan dan
keinginannya dalam perkembangan dan pertumbuhannya.
c. Mengembangkan rencana-rencana nyata dan
realistis dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
d. Perilaku yang sukses dapat dihubungkan
dengan pencapaian kepribadian yang sukses, yang dicapai dengan menanamkan
nilai-nilai adanya keinginan individu untuk mengubah dirinya.
e. Terapi ditekankan pada disiplin dan
tanggungjawab atas kesadaran diri.
Berdasarkan pendapat diatas dapat
disimpulkan bahwa terapi realita bertujuan meningkatkan kesadaran akan tingkah
laku dan tanggung jawab konseli guna mencapai tujuan yang akan dicapai oleh
konseli itu sendiri.
3. Teknik-teknik Konseling dalam Terapi
Realita
Menurut Gerald Corey dalam Singgih D.
Gunarsa (2010 : 277-278) dalam membantu klien untuk menciptakan identitas
keberhasilan terapis bisa menggunakan beberapa teknik :
a. Terlibat dalam permainan permainan peran
dengan klien
Pada teknik ini konselor terlibat di dalam
diri klien. Hubungan konselor dan klien sangat penting, karena klien akan
terbuka dan bersedia menjalani proses konseling.
b. Menggunakan humor
Sayekti Pujosuwarno (1993 : 62)
mengemukakan humor yang mendorong suasana yang segar dan rileks membuat klien
tidak lagi merasa tegang dan takut di dalam menjalani proses konseling.
c. Mengonfrontasikan klien dan menolak dalih
apapun
Dalam teknik ini konselor tidak menjajikan
kepada klien karena terlebih dahulu diadakan perjanjian untuk melakukan tingkah
laku tertentu yang sesuai dengan keberadaan klien
d. Membantu klien dalam merumuskan
rencana-rencana yang spesifik bagi tindakan.
Singgih D. Gunarsa (2010 : 158) menggunakan
bahwa konseling realita beranggapan bahwa konseling harus mampu menyusun
rencana-rencana yang realistic sehingga tingkah lakunya menjadi lebih baik.
e. Bertindak sebagai model dan guru
Dalam teknik ini konselor model-model
peranan terapis sebagai guru lebih bersifat mendidik. Dengan adanya model dari
konselor maka klien akan menjadi lebih mengerti dan tertarik untuk meniru atau
mengubah perilakunya yang kurang bertanggung jawab kearah yang positif.
f. Memasang batas-batas dan menyusun situasi
terapi
Konselor membuat batas-batas yang tegas
dari strukstur dan situasi terapinya agar proses konseling dapat berjalan
secara lancer dan teratur sesuai dengan konteks permasalahan klien, sehingga
klien mampu memahami dan bertindak bertanggung jawab serta dapat membantu
perubahan terhadap dirinya.
g. Menggunakan terapi kejutan verbal atau
sarkasme yang layak mengonfrontasikan klien dengan tingkah laku yang tidak
realistis.
Sayekti Pujosuwarno (1993 : 61 )
menjelaskan bahwa terapi kejutan verbal atau ejekan yang tak pantas misalnya
berupa teguran secara langsung atau tiba-tiba terhadap tingkah lakunya atau
janji yang tidak dapat dipertanggung jawabkan. Dengan adanya teguran atau
ejekan secara langsung tersebut klien dapat menilai dirinya sendiri atau
tingkah lakunya sendiri yang belum dapat mengarah pada perubahan yang positif.
h. Melibatkan diri dengan klien dalam upaya
mencari kehidupan yang lebih efektif.
Dalam teknik ini konselor melibatkan diri
dengan klien dalam mencari hidup yang lebih efektif. Misalnya dengan merencanakan
model belajar atau sekolah yang langsung dalam kehidupan yang dilakukan.
Berdasarkan uraian mengenai teknik pendekatan terapi
realita diatas dapat disimpulkan bahwa pendekatan tearpi realita lebih
membimbing, mendidik, dan berorientasi pada kognitif behaviora. Metode kontrak
selalu digunakan dan jika kontrak trerpenuhi maka proses konseling dapat di
akhiri.
4. Langkah-langkah Konseling Terapi Realita
Menurut Glesser yang dikutip Singgih D.
Gunarsa (2009 : 245) untuk mencapai tujuan konseling terapi realita dilakukan
dengan langkah-langkah sebagai berikut :
a. Keterlibatan
Terapi harus bersifat hangat, ramah, dan
mampu ikut terlibat dengan pasien yang akan dibantunya.
b. Perilaku sekarang
Setelah menyediakan diri untuk terlibat
maka terapis mampu membuat klien merasa terbantu untuk menyadari perilakunya
sendiri sekarang. Dengan mengetahui perasaan seorang sebagai sesuatu yang cukup
penting,namun yang lebih penting lagi ialah apa yang dilakukan sekarang.
c. Menilai diri sendiri
Apa yang telah dia sadari dia lakukan maka
klien harus melihat perilakunya sendiri dengan kritis dan menilainya apakah
pilihanya memang yang terbaik. Terapis hanya membimbing klien untuk menilai
dirinya sendiri dan membantu menyusun rencana mengenai apa yang akan dilakukan.
d. Merencanakan tindakan yang bertanggung
jawab
Setelah klien menilai kemudian terapis
membantu menyusun rencana yang bertanggung jawab dan cukup realistis. Rancangan
tidak perlu terlalu tinggi maupun banyak, namun cukup yang sederhana dan mudah
dicapai.
e. Perjanjian
Terapis harus mampu mendorong klien untuk
memenuhi apa yang direncanakan dengan jalan berjanji pada terapis.
f. Tidak menerima alasan
Terapis perlu mempertahankan perjanjian
yang telah dibuat oleh klien. Terapis wajib mendorong agar perjanjian tersebut
tidak dilanggar dan tujuan klien dapat tercapai.
g. Tidak ada hukuman
Menurut Glesser dengan hukuman akan
mengurangai keterlibatan seseorang dan melibatkan kegagalan untuk
mengidentifikasi kegagalannya secara lebih rinci.
Berdasarkan uraian diatas, maka
langkah-langkah konseling pendekatan realita yang dilakukan dalam penelitian
ini yaitu keterlibatan, perilaku sekarang, menilai diri sendiri, merencankan
tindakan yang bertanggung jawab, perjanjian, tidak menerima alasan, dan tidak
ada hukuman.
C. Kajian tentang Minat Belajar
1. Pengertian Minat Belajar
Minat menurut Slameto (2010 : 180) adalah
suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas tanpa
ada yang menyuruh. Sedangkan Syaiful Djamarah (2008 : 166) mengartikan minat
adalah kecenderungan yang menetap untuk memperhatikan dengan rasa senang dan
mengenang beberapa aktivitas. Minat adalah suatu rasa yang lebih menimbulkan
suatu gairah dan rasa ketertarikan tanpa ada paksaan terhadap suatu obyek yang
menjadikan orang yang melihatnya akan tertarik untuk meniru dan mempelajarinya.
Belajar menurut Muhibbin Syah (2010 : 62)
adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsure yang fundamental dalam
penyelanggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Dan James O. Wittaker yang
dikutip oleh Syaiful Bahri Djamarah (2008 : 12) mengatakan belajar sebagai
proses dimana tingkah laku ditimbulkan melalui latihan atau pengalaman. Jadi,
belajar adalah suatu usaha yang dilakukan oleh seseorang agar bisa meraih apa
yang di cita-citakan dan diharapkan, entah hasilnya memuaskan atau tidak namun
di dalam belajar ada suatu proses untuk lebih baik dari pada yang sebelumnya.
Dari kutipan beberapa sumber mengenai minat
dan belajar, maka dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan pengertian minat
belajar adalah suatu ketertarikan pada suatu hal yang menjadi daya tarik
tersendiri untuk dipelajari, dengan tujuan orang yang melakukannya suatu hari
akan mendapatkannya dan bisa melakukan atas apa yang di pelajarinya.
2. Fungsi Minat dalam Belajar
Menurut Alisuf Sabri (2007 : 85) fungsi
minat dalam belajar adalah sebagai berikut :
a. Sebagai kekuatan yang akan mendorong siswa
untuk belajar. Siswa yang berminat kepada pelajaran akan tampak terdorong terus
untuk tekun belajar.
b. Pendorong siswa untuk berbuat dalam
pencapaian tujuan.
c. Penentu arah perbuatan siswa yang kearah
tujuan yang hendak dicapai.
d. Penyeleksi perbuatan sehingga perbuatan
siswa yang memiliki motivasi senantiasa selektif dan tetap terarah kepada
tujuan yang ingn dicapai.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa
proses pencapaian keberhasilan dalam belajar sangat bergantung pada minat. Dengan
minat siswa akan terus terdorong untuk mengoptimalkan dan tekun dalam belajar.
Kurangnya minat siswa akan menghambat proses belajarnya.
3. Faktor yang mempengaruhi minat belajar
Seseorang akan berminat dalam belajar
manakala ia dapat merasakan manfaat terhadap apa yang dipelajari, baik untuk
masa kini maupun masa yang akan dating dan dirasakan ada kesesuaian dengan
kebutuhan yang sedang dihadapi, sehingga dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor
yang mempengaruhi tumbuh berkembanganya minat maupun sebaliknya mematikan minat
belajar adalah sebagai berikut :
a. Faktor internal
Faktor internal adalah faktor yang berada
dalam diri siswa . menurut Purwanto (2006 : 103-104) faktor dari dalam siswa
antara lain :
1) Kematangan
Kematangan dalam diri siswa dipengaruhi
oleh pertumbuhan mentalnya. Mengajarkan sesuatu pada siswa dapat dikatakan
berhasil jika tarah pertumbuhsn pribadi telah memungkin dan potensi-potensi
jasmani dan rohaninya telah matang untuk menerima hal yang baru.
2) Latihan dan ulangan
Oleh karena telah terlatih dan sering
mengulangi sesuatu, maka kecakapan dan pengetahuan yang dimiliki siswa dapat
semakin dikuasai. Sebaliknya tanpa latihan pengalaman-pengalaman yang telah
dimiliki dapat hilang atau berkurang. Oleh karena latihan dan seringkali
mengalami sesuatu maka seseorang dapat timbul minatnya pada sesuatu.
3) Motivasi
Motivasi merupakan pendorong bagi siswa
untuk melakukan sesuatu. Motivasi dapat mendorong seseorang , sehingga akhirnya
orang itu menjadi spesialis dalam bidang ilmu pengetahuan tertentu.
b.
Faktor eksternal
Faktor eksternal adalah faktor yang berasal
dari luar diri siswa. Menurut Hamalik (2006 : 30-32) faktor tersebut antara
lain :
1)
Faktor guru
Seorang guru harus menumbuhkan dan
mengembangkan minat diri siswa. Segala penampilan seseorang guru yang tersurat
dalam kompetensi guru itu sendiri dari kompetensi personal yaitu kompetensi
yang berhubungan dengan kepribadian guru dan kompetensi professioanal yaitu
kemampuan dalam penguasaan segala seluk beluk materi yang menyangkut materi
pelajaran, materi pengajaran maupun yang berkaitan dengan metode pengajaran.
Hali ini demikian dapat menarik minat siswa untuk belajar, sehingga
mengembangkan minat belajar siswa.
2)
Faktor metode
Minat belajar siswa sangat dipengaruhi
metode pengajaran yang digunankan oleh guru. Menarik tidaknya suatu materi
pelajaran tergantung pada kelihaian guru dalam menggunakan metode yang tepat
sehingga siswa dapat timbul untuk memperhatikan dan tertarik untuk belajar.
3)
Faktor materi pelajaran
Materi pelajaran yang diberikan atau
dipelajari bila bermakna bagi diri siswa, baik untuk kehidupan masa kini maupun
masa akan datang menumbuhkan minat yang besar dalam belajar.
Berbagai faktor tersebut saling berhubungan
erat dan dapat pula bersama-sama mempengaruhi minat belajar siswa.
4. Indikator Minat Belajar
Setiap individu memiliki perbedaan dalam
berbagai hal, misalnya pada minatnya. Perbedaan itu dapat diketahui melalui
gejala-gejala yang ditampakkan oleh individu itu sendiri. Menurut Alisuf Sabri
(2007:58) seorang siswa yang belajar disekolah minatny akan diketahui oleh guru
melalui indikator minat diantaranya :
a.
Perasaan senang
Seseorang yang memliki perasaan senang atau
suka dalm hal tertentu ia cenderung mengetahui antara perasaan dengan minat.
Siswa yang berminat terhadap sesuatu ia akan merasa senang dalam melakukannya,
antusias,dan tanpa beban maupun tanpa paksaan dalam dirinya.
b.
Perhatiaan
Adanya perhatiaan merupakan konsentrasi
atau aktivitas jiwa seseorang terhadap pengamatan, pengertian, dan sebagainya
dengan mengesampingkan yang lainnya. Orang yang berminat terhadap sesuatu dalam
dirinya akan terdapat kecendurungan yang kuat untuk selalu memberikan perhatian
yang besar terhadap obyek yang diamatinya.
c.
Perasaan tertarik
Orang yang memiliki minat yang tinggi
terhadap sesuatu akan cenderung tertarik pada hal yang menarik perhatianya
tersebut.
d. Giat belajar
Siswa dengan minat tinggi akan merasa bahwa
pelajaran yang diberikan di sekolah sangat terbatas waktunnya, sehingga ia
perlu mencari pengetahuaan lain diluar jam pelajaran.
e.
Mengerjakan tugas
Kebisaaan mengerjakan tugas yang diberikan
guru merupakan salah satu indikator yang menunjukan minat siswa. Siswa yang
memiliki minat tinggi akan menyadari pentingnya melaksanakan tugas-tugas dari
guru.
f.
Mengetahui tujuan belajar
Siswa yang menyadari akan pentingnya tujuan
belajar, ,maka siswa akan menjadi lebih giat dalam mengikuti pelajaran
disekolah.
D. Kerangka Berfikir
Di dalam meningkatkan minat belajar siswa
salah satunya melalui pelayanan konseling perorangan (individu). Pendekatan
yang digunakan dalam konseling ini adalah pendekatan terapi realita. Pendekatan
terapi realita sangat cocok digunakan di sekolah-sekolah, misalnya untuk
mengatasi masalah-masalah yang berkaitan dengan belajar. Hal positif dari
terapi realita diantaranya adalah mudah dimengerti dan efisien waktu.
Pemberian konseling pada terapi realita
dalam mengatasi rendahnya minat belajar menjadikan siswa memahami atau menilai
dirinya sendiri terhadap apa yang lakukan ia sekarang, sehingga siswa dapat
merencanakan suatu tindakan yang akan datang dengan menerima tanggung jawabnya
terhadap perilakunya sendiri dan bertindak matang untuk mengubah perilakunya.
Siswa mulai dapat memotivasi dirinya sendiri untuk meningkatkan minat belajar.
Karena tetapi realita menekankan pada perilaku sekarang dan tindakan yang
bertanggung jawab.
E. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan kerangka berfikir tersebut di
atas dapat diajukan pertanyaan penelitian sebagai berikut :
1. Bagaimanakah keterlibatan konselor dalam
mengatasi rendahnya minat belajar siswa kelas XI di SMA N 1 Lendah Tahun
Pelajaran 2014/2015?
2. Bagaimanakah perilaku sekarang klien dalam
proses belajar di SMA N 1 Lendah Tahun Pelajaran 2014/2015?
3. Bagaimanakah cara klien dalam menilai
dirinya sendiri untuk mengatasi rendahnya minat belajar?
4. Bagaimanakah cara klien membuat rencana
tindakan yang bertanggung jawab guna mengatasi rendahnya minat belajar?
5. Bagaimana cara konselor membuat perjanjian
agar klien mempunyai motivasi untuk mau melaksanakan rencana mengatasi
rendahnya minat belajar?
6. Bagaimana konselor menolak rencana yang telah
disepakati dalam mengatasi rendahnya minat belajar siswa kelas XI SMA N 1
Lendah Tahun Pelajaran 2014/2015?
7. Bagaimana konselor memberikan konsekuensi
dalam menerima hasil perencanaan hasil yang disepakati ?
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat yang digunakan untuk penelitian
adalah Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Lendah Kabupaten Kulon Progo. Waktu
penelitaian dilaksanakan pada bulan Sepetember 2014 sampai dengan November 2014
pada tahun pelajaran 2014/2015.
B. Subyek dan Obyek Penelitian
Subyek dalam penelitian ini adalah Kepala
sekolah, Petugas Bimbingan dan Konseling, Guru dan Siswa Kelas XI SMA N 1
Lendah. Sedangkan obyek yang akan diteliti adalah Implementasi Layanan
Konseling Individu dengan Pendekatan Terapi Realita untuk Mengatasi Rendahnya
Minat Belajar.
C. Pendekatan dan Jenis Penelitian
|
Pendekatan
yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Metode yang
digunakan adalah kualitatif naturalistik. Menurut Nana Syaodih Sukmadinata
(2009 : 60) bahwa penelitian kualitatif bersifat induktif, yang peneliti
membiarkan masalah muncul dari data dan terbuka untuk semua interpretasi.
Selanjutnya data dihimpun dengan pengamatan yang seksama, mencakup deskripsi
serta catatan-catatan hasil wawancara serta hasil analisis dokumen dan
catatan-catatan. Meskipun dalam penelitian ini peneliti juga menggunakan angka dan
tabel untuk memudahkan interpretasi. Suharsimi Arikunto (2002 : 11) menyatakan
bahwa naturalistik adalah pelaksanaan peneliti yang terjadi secara alamiah, apa
adanya dalam situasi normal yang tidak dimanipulasi keadaan dan kondisinya
menekankan pada deskripsi secara alami.
Mudja Raharjo dalam Lexy J. Moleong (2009 :
7) mengemukakan tujuan utama metode kualitatif adalah untuk memahami fenomena
atau gejala-gejala sosial dengan lebih menitik beratkan pada gambaran yang
lengkap tentang fenomena yang dikaji daripada merincinya menjadi
variabel-variabel yang saling terkait.
Lexy J. Moleong (2009 : 50) menyatakan
bahwa metode kualitatif digunakan karena pertimbangan yakni :
1. Menyesuaikan metode kualitatif lebih mudah
apabila berhadapan dengan kenyataan ganda.
2. Metode ini menyajikan secara langsung
hakekat hubungan antara peneliti dengan responden.
3. Metode ini peka dan lebih dapat
menyesuaikan diri dengan banyak penajaman pengaruh bersama terhadap pola-pola
nilai yang dihadapi.
Berdasarkan pengertian diatas maka peneliti
menggunakan jenis penelitian kualitatif dikarenakan sesuai dengan gejala atau
fenomena di sekolah. Selain itu peneliti bermaksud untuk mengetahui
permasalahan dan pemecahannya melalui penelitian kualitatif.
D. Metode Pengumpulan Data
Menurut Suharsimi Arikunto (2010 : 192) :
“metode pengumpulan data meliputi wawancara, observasi, kuesioner, dan
dokumentasi”. Sedangkan menurut Nana Syaodih Sukmadinata (2010 : 317) metode
penelitian adalah cara-cara yang digunakan oleh peneliti dalam merancang, melaksanakan,
pengolahan data, dan menarik kesimpulan berkenaan dengan masalah penelitian
tertentu.
Metode pengumpulan data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah observasi, dokumentasi, dan angket. Sesuai dengan
metode pengumpulan data yang digunakan, untuk lebih jelasnya akan diuraikan
sebagai berikut :
1. Observasi
a. Pengertian observasi
Menurut Anwar Sutoyo (2009 : 112) :
“observasi adalah proses pengamatan dengan memusatkan perhatian terhadap obyek
dan gejala yang perlu diamati.” Sedangkan menurut Nana Syaodih Sukmadinata
(2011 : 220) observasi (observation) atau pengamatan merupakan suatu
teknik atau cara mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap
kegiatan yang sedang berlangsung.
Dari beberapa pendapat diatas dapat
disimpulkan bahwa observasi yaitu proses pengamatan untuk mengumpulkan data
terhadap kegiatan yang sedang berlangsung dengan memusatkan perhatian pada
obyek dan gejala yang diamati.
b. Jenis-jenis observasi
Menurut Anwar Sutoyo (2009 : 75-76) bentuk
observasi dilihat dari keterlibatan subyek terhadap obyek yang sedang
diobservasi dibedakan menjadi tiga bentuk yaitu :
1) Observasi partisipan, yaitu bila pihak yang
melakukan observasi (observer) turut serta atau berpartisipasi dalam
kegiatan yang sedang dilakukan oleh subyek yang sedang diobservasi (observee).
2) Observasi non partisipan, yaitu bila
observer tidak terlibat secara langsung atau tidak berpartisipasi dalam
aktivitas yang sedang dilakukan oleh observee.
3) Observasi kuasi-partisipan, yaitu bila observer
terlibat pada sebagian kegiatan yang sedang dilakukan oleh observee,
sementara pada sebagian kegiatan yang lain observer tidak melibatkan diri.
Jenis observasi yang dilakukan dalam
penelitian ini adalah observasi partisipan. Dalam pengumpulan data peneliti
lebih menekankan sebagai peneliti atau pengamat pada situasional, meskipun
sesekali ikut sebagai pelaku kegiatan pada objek pengamatan. Dalam
pengamatannya, peneliti ingin memperoleh data seperti gambaran umum sekolah dan
situasinya, layanan konseling di sekolah, serta terapi yang bisa digunakan.
2. Wawancara
Menurut Sugiyono (2015 : 157) wawancara
merupakan teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi
pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila
peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit atau kecil.
Sedangkan menurut Lexy J. Moleong (2005 :
186) wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan dilakukan
dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan
dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jabatan atas pertanyaan
itu.
Macam-macam wawancara menurut Sugiyono
(2015 : 233) yaitu wawancara terstruktur, semistruktur, dan tidak terstruktur.
a. Wawancara terstruktur (structured
interview)
Digunakan
sebagai teknik pengumpulan data, bila peneliti atau pengumpul data telah
mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh. Pengumpulan
data telah menyiapkan instrumen penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan
tertulis yang alternative jawabannya oun telah disiapkan.
b. Wawancara semistruktur (semistructur
interview)
Jenis wawancara ini sudah termasuk dalam kategori in-dept
interview, dimana dalam pelaksanaannyalebih bebas bila dibandingkan dengan
wawancara terstruktur. Tujuan adalah untuk menemukan permasalahan secara lebih
terbuka, dimana pihak yang diajak wawancara diminta pendapat dan ide-idenya.
c. Wawancara tak berstruktur ( unstructured
interview)
Adalah wawancara yang bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman
wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan
datanya. Pedoman wawancara hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang
akan dinyatakan.
Dalam penelitian ini, metode wawancara yang
digunakan adalah wawancara semistruktur, yaitu peneliti menyiapkan pedoman
wawancara dan memberikan kebebasan pada terwawancara untuk mengemukakan
permasalahan secara terbuka.
3. Dokumentasi
Suharsimi Arikunto (2010 : 274) mengatakan
bahwa : “metode dokumentasi, yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel
yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, najalah, prasasti, notulen
rapat, legger, agenda dan sebagainya”. Sedangkan menurut Deni Damayanti (2013 :
132) mengatakan bahwa : “dokumen bisa berupa buku harian, notula rapat, laporan
berkala, jadwal kegiatan, peraturan pemerintah, anggaran dasar, rapor siswa,
surat-surat resmi dan lain sebagainya. Selain bentuk-bnetuk dokumen tersebut,
bentuk lainnya adalah foto dan bahan statistik”.
Lexy J. Moleong (2010 : 217-219) membagi
dokumen menjadi dua kelompok besar, yaitu :
a. Dokumen pribadi, terdiri dari buku harian,
surat pribadi, autobiografi.
b. Dokumen resmi, terdiri dari dokumen
internal dan dokumen eksternal. Dokumen internal berupa memo, pengumuman, dan
instruksi-instruksi dari lembaga tertentu. Dokumen eksternal biasanya berisi
tentang majalah, bulletin, dan pertanyaan yang disiarkan pada media massa.
Metode dokumentasi yang akan digunakan
dalam penelitian ini adalah dokumentasi resmi internal. Berdasarkan metode
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian berupa metode wawancara,
observasi, dan dokumentasi maka untuk lebih jelasnya dapat dirangkum dalam
tabel berikut ini :
Tabel 1 :
Kisi-kisi Instrumen Penelitian
No.
|
Subyek Informasi
|
Jenis Data
|
Indikator Data
|
Metode
|
1.
|
Kepala Sekolah
|
a. Lingkungan sekolah
|
1) Fisik
2) Non fisik
|
Observasi
Wawancara
Dokumentasi
|
b. Kelengkapan sarana dan prasarana
|
1)
Gedung sekolah
2)
Ruangan
3)
Sarana umum
|
Dokumentasi
Wawancara
|
||
c. Kualifikasi guru dan petugas BK
|
1)
Pendidikan guru
2)
Golongan guru
3)
pengembangan profesi
|
Wawancara
|
||
d.
Perencanaan
|
1) peran kepala sekolah
2)
Personel yang terlibat
3)
Proses pembuatan perencanaan
|
Wawancara
|
||
e. Pelaksanaan
|
1)
Peran kepala sekolah
2)
Proses pelaksanaan
|
Wawancara
|
||
f. Evaluasi
|
1)
pelaksanaan evaluasi
2)
hasil evaluasi
|
Dokumentasi
|
||
|
|
g. Umpan balik
|
Cara memperbaiki proses konseling
|
Wawancara
|
|
|
h. Perhatian tentang minat belajar
|
Cara memperbaiki proses konseling :
1. Tertarik pada mata pelajaran
2. Kebiasaan belajar
3. Kesadaran belajar
4. Sumber penggerak belajar
5. Kecenderungan terhadap pilihan tertentu
6. Interaksi dengan lingkungan
|
Wawancara
|
2.
|
Petugas bimbingan dan
konseling/Penelitian
|
a. Keterlibatan
|
Menerima dan memahami masalah rendahnya
minat belajar klien, dengan memperhatikan indikator variabel sebagai berikut
:
1) Perilaku tidak suka pada mata pelajaran
2) Tidak mempunyai kebiasaan belajar yang
baik
3) Tidak mempunyai kesadaran belajar
4) Tidak mempunyai sumber penggerak belajar
5) Tidak mempunyai kecenderungan terhadap
pilihan tertentu
6) Kurang interaksi dengan lingkungan
|
Dokumentasi
Wawancara
|
|
|
b. Perilaku sekarang
|
Mengungkapkan perilaku klien saat ini
sebagai dasar perilaku untuk mengatasi rendahnya minat belajar siswa dengan
memperhatikan indikator variabel sebagi berikut :
1) Perilaku tidak suka pada mata pelajaran
2) Tidak mempunyai kebiasaan belajar yang
baik
3) Tidak mempunyai kesadaran belajar
4) Tidak mempunyai sumber penggerak belajar
5) Tidak mempunyai kecenderungan terhadap pilihan
tertentu
6) Kurang interaksi dengan lingkungan
|
|
|
|
c. Menilai diri sendiri
|
Membimbing klien dalam menilai
perilakunya sendiri saat ini sebagai dasar perilaku untuk mengatasi rendahnya minat belajar siswa dengan
memperhatikan indikator variabel sebagi berikut :
1) Perilaku tidak suka pada mata pelajaran
2) Tidak mempunyai kebiasaan belajar yang
baik
3) Tidak mempunyai kesadaran belajar
4) Tidak mempunyai sumber penggerak belajar
5) Tidak mempunyai kecenderungan terhadap
pilihan tertentu
6) Kurang interaksi dengan lingkungan
|
Dokumentasi
Wawancara
|
|
|
d. Merencanakan tindakan yang bertanggung
jawab
|
Membuat rencana tindakan yang realistis
untuk mengatasi rendahnya minat belajar dengan memperhatikan indikator
variabel sebagai berikut :
1)
Perilaku tidak suka pada mata pelajaran
2)
Tidak mempunyai kebiasaan belajar yang baik
3)
Tidak mempunyai kesadaran belajar
4)
Tidak mempunyai sumber penggerak belajar
5)
Tidak mempunyai kecenderungan terhadap pilihan tertentu
6)
Kurang interaksi dengan lingkungan
|
Dokumentasi
Wawancara
|
|
|
e. Perjanjian/ komitmen
|
Membuat komitmen agar klien mempunyai
motivasi untuk mau melaksanakan rencana mengatasi rendahnya minat belajar
siswa dengan memperhatikan indikator variabel sebagai berikut :
1) Perilaku tidak suka pada mata pelajaran
2) Tidak mempunyai kebiasaan belajar yang
baik
3) Tidak mempunyai kesadaran belajar
4) Tidak mempunyai sumber penggerak belajar
5) Tidak mempunyai kecenderungan terhadap
pilihan tertentu
6) Kurang interaksi dengan lingkungan
|
Wawancara
Dokumentasi
|
|
|
f. Tidak menerima alasan
|
Menyadari kegagalan rencana yang telah
disepakati dan membuat rencana baru untuk mengatasi rendahnya minat belajar
siswa dengan memperhatikan indikator variabel sebagai berikut :
1) Perilaku tidak suka pada mata pelajaran
2) Tidak mempunyai kebiasaan belajar yang
baik
3) Tidak mempunyai kesadaran belajar
4) Tidak mempunyai sumber penggerak belajar
5) Tidak mempunyai kecenderungan terhadap
pilihan tertentu
6) Kurang interaksi dengan lingkungan
|
Dokumentasi
Wawancara
|
|
|
g. Tidak ada hukuman
|
Menerima konsekuensi secara wajar dalam
menerima hasil perencanaan yang telah disepakati untuk mengatasi rendahnya
minat belajar siswa dengan memperhatikan indikator variabel sebagai berikut :
1) Perilaku tidak suka pada mata pelajaran
2) Tidak mempunyai kebiasaan belajar yang
baik
3) Tidak mempunyai kesadaran belajar
4) Tidak mempunyai sumber penggerak belajar
5) Tidak mempunyai kecenderungan terhadap
pilihan tertentu
6) Kurang interaksi dengan lingkungan
|
Dokumentasi
Wawancara
|
3.
|
Guru
|
a. Keterlibatan
|
Memberi informasi kepada petugas BK
tentang masalah rendahnya minat belajar siswa dengan memperhatikan indikator variabel
sebagai berikut :
1) Perilaku tidak suka pada mata pelajaran
2) Tidak mempunyai kebiasaan belajar yang
baik
3) Tidak mempunyai kesadaran belajar
4) Tidak mempunyai sumber penggerak belajar
5) Tidak mempunyai kecenderungan terhadap
pilihan tertentu
6) Kurang interaksi dengan lingkungan
|
Dokumentasi
Wawancara
|
|
|
b. Perilaku sekarang
|
Mengungkapkan perilaku siswa saat ini
sebagai dasar perilaku untuk mengatasi rendahnya minat belajar siswa dengan
memperhatikan indikator variabel sebagai berikut :
1) Perilaku tidak suka pada mata pelajaran
2) Tidak mempunyai kebiasaan belajar yang
baik
3) Tidak mempunyai kesadaran belajar
4) Tidak mempunyai sumber penggerak belajar
5) Tidak mempunyai kecenderungan terhadap
pilihan tertentu
6) Kurang interaksi dengan lingkungan
|
Dokumentasi
Wawancara
|
|
|
c. Menilai diri sendiri
|
Cara dalam membimbing klien dalam menilai
perilakunya sendiri saat ini sebagi dasar perilakunya untuk mengatasi
rendahnya minat belajar siswa dengan indikator variabel sebagai berikut :
1) Perilaku tidak suka pada mata pelajaran
2) Tidak mempunyai kebiasaan belajar yang
baik
3) Tidak mempunyai kesadaran belajar
4) Tidak mempunyai sumber penggerak belajar
5) Tidak mempunyai kecenderungan terhadap
pilihan tertentu
6) Kurang interaksi dengan lingkungan
|
Dokumentasi
Wawancara
|
|
|
d. Merencanakan tindakan yang bertanggung
jawab
|
Membuat rencana tindakan yang realistis
untuk mengatasi rendahnya minat belajar siswa dengan memperhatikan indikator
variabel sebagi berikut :
1) Perilaku tidak suka pada mata pelajaran
2) Tidak mempunyai kebiasaan belajar yang
baik
3) Tidak mempunyai kesadaran belajar
4) Tidak mempunyai sumber penggerak belajar
5) Tidak mempunyai kecenderungan terhadap
pilihan tertentu
6) Kurang interaksi dengan lingkungan
|
Dokumentasi
Wawancara
|
|
|
e. Perjanjian/ komitmen
|
Membuat komitmen agar klien mempunyai
motivasi untuk mau melaksanakan rencana mengatasi rendahnya minat belajar
siswa dengan memperhatikan indikator variabel sebagai berikut :
1) Perilaku tidak suka pada mata pelajaran
2) Tidak mempunyai kebiasaan belajar yang
baik
3) Tidak mempunyai kesadaran belajar
4) Tidak mempunyai sumber penggerak belajar
5) Tidak mempunyai kecenderungan terhadap
pilihan tertentu
6) Kurang interaksi dengan lingkungan
|
Dokumentasi
Wawancara
|
|
|
f. Tidak menerima alasan
|
Menyadari kegagalan rencana yang telah
disepakati dan membuat rencana baru untuk mengatasi rendahnya minat belajar
siswa dengan memperhatikan indikator variabel sebagai berikut :
1) Perilaku tidak suka pada mata pelajaran
2) Tidak mempunyai kebiasaan belajar yang
baik
3) Tidak mempunyai kesadaran belajar
4) Tidak mempunyai sumber penggerak belajar
5) Tidak mempunyai kecenderungan terhadap
pilihan tertentu
6) Kurang interaksi dengan lingkungan
|
Dokumentasi
Wawancara
|
|
|
g. Tidak ada hukuman
|
Menerima konsekuensi secara wajar dalam
menerima hasil perencanaan yang telah disepakati untuk mengatsi rendahnya
minat belajar siswa dengan memperhatikan variabel sebagai berikut :
1) Perilaku tidak suka pada mata pelajaran
2) Tidak mempunyai kebiasaan belajar yang
baik
3) Tidak mempunyai kesadaran belajar
4) Tidak mempunyai sumber penggerak belajar
5) Tidak mempunyai kecenderungan terhadap
pilihan tertentu
6) Kurang interaksi dengan lingkungan
|
Dokumentasi
Wawancara
|
4.
|
Siswa
|
a. Keterlibatan
|
Menerima dan memahami masalah rendahnya
minat belajar, dengan memperhatikan indikator variabel sebagai berikut :
1) Perilaku tidak suka pada mata pelajaran
2) Tidak mempunyai kebiasaan belajar yang
baik
3) Tidak mempunyai kesadaran belajar
4) Tidak mempunyai sumber penggerak belajar
5) Tidak mempunyai kecenderungan terhadap
pilihan tertentu
6) Kurang interaksi dengan lingkungan
|
Dokumentasi
Wawancara
|
|
|
b. Perilaku sekarang
|
Mengungkapkan perilaku saat ini sebagai
dasar perilaku untuk mengatasi rendahnya minat belajar, dengan memperhatikan
indikator variabel sebagi berikut :
1) Perilaku tidak suka pada mata pelajaran
2) Tidak mempunyai kebiasaan belajar yang
baik
3) Tidak mempunyai kesadaran belajar
4) Tidak mempunyai sumber penggerak belajar
5) Tidak mempunyai kecenderungan terhadap
pilihan tertentu
6) Kurang interaksi dengan lingkungan
|
Dokumentasi
Wawancara
|
|
|
c. Menilai diri sendiri
|
Mendapat bimbingan dalam menilai
perilakunya sendiri saat ini sebagai dasar perilaku untuk mengatasi rendahnya
minat belajar, dengan memperhatikan indikator variabel sebagai berikut :
1) Perilaku tidak suka pada mata pelajaran
2) Tidak mempunyai kebiasaan belajar yang
baik
3) Tidak mempunyai kesadaran belajar
4) Tidak mempunyai sumber penggerak belajar
5) Tidak mempunyai kecenderungan terhadap
pilihan tertentu
6) Kurang interaksi dengan lingkungan
|
Dokumentasi
Wawancara
|
|
|
d. merencankan tindakan yang bertanggung
jawab
|
Mendapat bimbingan membuat rencana
tindakan yang realistis untuk mengatasi rendahnya minat belajar, dengan
memperhatikan indikator variabel sebgai berikut :
1) Perilaku tidak suka pada mata pelajaran
2) Tidak mempunyai kebiasaan belajar yang
baik
3) Tidak mempunyai kesadaran belajar
4) Tidak mempunyai sumber penggerak belajar
5) Tidak mempunyai kecenderungan terhadap
pilihan tertentu
6) Kurang interaksi dengan lingkungan
|
Dokumentasi
Wawancara
|
|
|
e. Perjanjian/ komitmen
|
Membuat komitmen agar mempunyai motivasi
untuk mau melaksanakan rencana mengatasi rendahnya minat belajar, dengan
memperhatikan indikator variabel sebagai berikut :
1) Perilaku tidak suka pada mata pelajaran
2) Tidak mempunyai kebiasaan belajar yang
baik
3) Tidak mempunyai kesadaran belajar
4) Tidak mempunyai sumber penggerak belajar
5) Tidak mempunyai kecenderungan terhadap
pilihan tertentu
6) Kurang interaksi dengan lingkungan
|
Dokumentasi
Wawancara
|
|
|
f. Tidak menerima alasan
|
Menyadari kegagalan rencana yang telah
disepakati dan membuat rencana baru untuk mengatasi rendahnya minat belajar, dengan
memperhatikan indikator variabel sebagai berikut :
1) Perilaku tidak suka pada mata pelajaran
2) Tidak mempunyai kebiasaan belajar yang
baik
3) Tidak mempunyai kesadaran belajar
4) Tidak mempunyai sumber penggerak belajar
5) Tidak mempunyai kecenderungan terhadap pilihan
tertentu
6) Kurang interaksi dengan lingkungan
|
Dokumentasi
Wawancara
|
|
|
g. Tidak ada hukuman
|
Menerima konsekuensi secara wajar adalam
menerima hasil perencanaan yang telah disepakati untuk mengatasi rendahnya
minat belajar, dengan memperhatikan indikator variabel sebagai berikut :
1) Perilaku tidak suka pada mata pelajaran
2) Tidak mempunyai kebiasaan belajar yang
baik
3) Tidak mempunyai kesadaran belajar
4) Tidak mempunyai sumber penggerak belajar
5) Tidak mempunyai kecenderungan terhadap
pilihan tertentu
6) Kurang interaksi dengan lingkungan
|
Dokumentasi
Wawancara
|
E. Keabsahan Data
Sugiyono (2015 : 335) berpendapat bahwa
analis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang
diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara
mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan, ke dalam unit-unit,
melakukan sintesa, menyusun ke dalam laporan, memilih mana yang penting dan
yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah difahami oleh diri
sendiri maupun orang lain. Maka dari itu sesuai apa yang disebutkan diatas
bahwa peneliti dalam menemukan keabsahan data ini akan menggunakan teknik
sebagi berikut :
1. Memperpanjang observasi
Dengan memperpanjang observasi maka akan meyakinkan
dan meningkatkan hasil data yang dikumpulkan, dengan demikian peneliti dapat
menguji dan mengetahui bila terdapat ketidak benaran informasi baik dari dalam
diri sendiri maupun dari responden.
2. Ketekunan pengamatan
Ketekunan pengamatan dimaksudkan untuk menemukan
cirri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dalam persoalan
yang sedang diteliti, untuk mendapatkan kedalaman dan kepastian isi data yang
diperlukan.
3. Triangulasi
Pemeriksaan data dengan memanfaatkan sesutau yang
lain, yang ada diluar data sebagai perbandingan terhadap data yang telah
diperoleh. Dalam hal ini triangulasi yang dipakai adalah dengan menggunakan
sumber, metode, pengamatan dan teori. Serta sebagai perbandingan yang lebih
kuat lagi terhadap data yang di peroleh maka dilakukan kros cek wawancara
terhadap kepala sekolah, wali kelas, guru dan siswa.
F. Teknik Analisis Data
Menurut Sugiyono (2015 : 244) : “analisis
adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari
hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi dengsn cara
mengorganisasikan datake dalam kategori, menjabarkan di dalam unit-unit,
melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang
kan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri
sendiri maupun orang lain”.
Aktivitas dalam analisis data kualitatif
dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerussampai tuntas
hingga datanya sudah jenuh. Analisis data kualitatif berdasarkan model analisis
interaktif terdiri dari tiga langkah yang saling berinteraksi yaitu : reduksi
data, penyajian data, dan verifikasi atau penarikan kesimpulan. Aktivitas dalam
analisis datanya, yaitu :
1. Reduksi Data (Data Reduction)
Reduksi data diartikan sebagai proses
pemilihan, mengabstrakan dan informasi data kasar yang munculdari catatan
lapangan. Reduksi data dalam penelitian ini berlangsung secara terus menerus
selama penelitian ini berlangsung. Reduksi data dilakukan untuk menajamkan,
menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak diperlukan dan
mengorganisasikan data yang diperlukan sesuai fokus mengenai masalah
penelitian.
2. Penyajian Data (Display Data)
Hasil reduksi data selanjutnya disajikan
dalam bentuk teks naratif. Teks naratif digolongkan sesuai topik masalah.
Penyajian data merupakan tahapan untuk memahami apa yang sedang terjadi dan apa
yang harus dilakukan selanjutnya, untuk dianalisis dan diambil tindakan yang
dianggap perlu.
3. Verifikasi dan Penarikan Kesimpulan (Conclusing
drawing/ferivication)
Kegiatan verifikasi dan menarik kesimpulan sebenarnya
hanyalah sebagian dari suatu kegiatan konfigurasi yang utuh, karena penarikan
kesimpulan juga diverifikasi sejak berlangsungnya awal penelitian sampai akhir penelitian
yang merupakan suatu proses berkesinambungan dan berkelanjutan.
Berdasarkan uraian diatas, secara umum
analisis data dalam penelitrian ini setelah mencatat semua fenomena di lapangan
baik melalui pengamatan, wawancara, dan dokumentasi dalam bentuk catatan
lapangan dilakukan melalui tahap berikut :
1. Menelaah kembali catatan hasil pengamatan
wawancara dan studi dokumentasi serta memisahkan data yang dianggap penting dan
tidak penting, pekerjaan ini diulang kembali untuk memeriksa kemungkinan
kekeliruan klasifikasi.
2. Mendesktripsikan data yang telah
diklasifikasikan, untuk kepentingan penelaah lebih lanjut dengan memperhatikan
fokus dan tujuan peneliatian.
3. Membuat analisis akhir untuk meningkatkan
kematangan emosi.
DAFTAR PUSTAKA
Achmad Juntika
Nurichsan. 2005. BK dalam Berbagai Latar Kehidupan.
Bandung : PT.
Refika Aditama.
Akhmad Sudrajat. 2011. Mengatasi Masalah Siswa Melalui Konseling
Individual. Yogyakarta : Paramitra Publishing.
Daryanto. 1994. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Bandung :
Rosdakarya
Deni Damayanti. 2013. Panduan Lengkap
Menyusun Proposal Skripsi, Tesis, Disertasi untuk Semua Program Studi.
Yogyakarta : Araska.
Gerald Corey. 2010. Teori Dan Praktek Konseling Dan Psikoterapi. Bandung : Refika Aditama.
Lexy J. Moleong. 2003. Metodologi Penelitian
Kualitatif. Bandung : Remaja
Rosdakarya.
------------------------. 2005. Metodologi Penelitian
Kualitatif. Bandung : Remaja
Rosdakarya.
--------------------------------------. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Remaja Rosdakarya.
Muhibbin Syah. 2010. Psikologi Belajar.
Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
Nana Syaodih Sukmadinata. 2005. Metode
Penelitian Pendidikan. Bandung : Remaja Rosdakarya.
|
Sayekti Pujosuwarno. 1993. Berbagai Pendekatan dalam Konseling.
Yogyakarta : Menara Offset.
Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-faktor yang
Mempengaruhinya. Jakarta : PT. Rineka Cipta.
Sofyan S. Willis. 2009. Konseling Individual Teori
dan Praktek. Bandung : Alfabeta.
------------------- . 2010. Konseling Individual Teori Dan Praktek. Bandung : Alfabeta.
Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Pendidikan
(Kuantitatif, Kualitatif dan R&D). Bandung : Alfabeta.
Suharsimi Arikunto. 2002. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta.
-------------------------. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta : Rineka Cipta.
Syaiful Bahri Djamarah. 2008. Psikologi
Belajar. Jakarta : PT. Rineka Cipta.
All About Casino Bonuses | 2021
BalasHapusHow To Claim Free Bonus Codes And Signup Offers at 룰렛 배당 Casino Bonus Codes · Casino 원피스 바카라 Bonuses · Online 원 엑스 벳 Slots Bonuses · 온라인바카라 Live 안전한 사이트 Dealer Casino Games. · Online
Betfred casino bonuses 2021 - DrmCD
BalasHapusThere are 남양주 출장마사지 currently no promotions for new players to the Betfred 광양 출장안마 Casino mobile site. · Betfred bonus code for existing players: NEW Betfred Casino: No Deposit 경상북도 출장샵 BonusBetfred 부산광역 출장샵 Casino: New 안성 출장마사지 Player Bonus